Amerasians, left in Philippines

Amerasian

Babay na sa adalah olokan yang sering dilontarkan ke anak-anak Amerasian. “Selamat tinggal, Ayah” begitulah kira-kira arti olokan tersebut. Terlahir dari ayah anggota militer Amerika Serikat di Filipina dan ibu asli Filipina, tak membuat hidup lebih baik bagi anak-anak Amerasian ini. Sebaliknya perbedaan ras yang mereka miliki menjadi sumber stigma yang harus mereka hadapi.

Saat ini di Filipina diperkirakan terdapat 52.000 anak-anak Amerasian yang tidak memiliki klaim atas ayah biologisnya di Amerika. Hampir seluruhnya hidup dalam kemiskinan. Sebagian besar hidup bersama ibu kandung mereka yang merupakan pekerja seks komersial. Yang lain tak lebih beruntung, mereka hidup sebatang kara karena banyak wanita yang mengandung anak Amerasian membuang anaknya segera setelah dilahirkan. Stigma yang dilekatkan pada ibu dan anak tersebut membuat mereka sulit untuk memiliki hidup yang berkualitas.

Kemiskinan yang parah menyebabkan hampir seluruh dari mereka turun ke jalan. Dengan begitu, anak Amerasian adalah 1/5 bagian dari 250.000 anak jalanan di Filipina. Data ini dikeluarkan oleh Pemerintah Filipina. Sementara banyak lembaga non pemerintah memperkirakan ada lebih dari 1 juta anak jalanan di negara dengan populasi mencapai 84 juta jiwa. Hingga hari ini, Filipina memang negara yang memiliki populasi anak jalanan terbesar di Asia Tenggara.

Anak-anak Amerasian terkonsentrasi di daerah-daerah yang dulu dijadikan basis militer AS terutama masa Perang Vietnam hingga kira-kira tahun 1995 (pangkalan militernya resmi ditutup pada tahun 1991) seperti Olongapo, Angeles, Clark, dan Subic Bay. Kota-kota ini termasuk kota yang tinggi tingkat eksistensi anak jalanannya. Tidak ada dari anak-anak ini yang mengenal ayah biologisnya dan sebagian besar dari mereka tidak akan pernah mengenal ayahnya.

Berada di jalanan dengan warna kulit dan tampilan fisik yang berbeda membuat anak-anak Amerasian rentan terhadap stigma dan perlakuan diskriminatif. Jika keadaan anak jalanan di Filipina saja sudah sedemikian buruk, maka anak-anak Amerasian mendapat perlakuan yang jauh lebih buruk. “Souvenir Babies“G.I Babies” atau “Half-baked Americans” adalah olokan yang sering diterima oleh anak jalanan.

Di antara anak-anak jalanan, anak Amerasian perempuan berkulit putih acap kali menjadi sasaran pelecehan seksual hingga pemerkosaan. Beberapa lagi masuk dalam kegiatan prostitusi yang akhirnya menciptakan siklus setan yang tak terputus. Sedangkan anak Amerasian berkulit hitam, seperti yang dialami saudaranya belasan tahun lalu di Amerika, juga sering menjadi sasaran diskriminasi dan kambing hitam. Terkadang mereka juga menjadi korban diskriminasi dari keluarga mereka sendiri di Filipina.

Fenomena ini sebenarnya tidak hanya terjadi di Filipina. Di Vietnam, Korea, Thailand, Laos, Cambodia dan Jepang (terutama Okinawa). Hanya saja, berbeda dari “saudara” mereka di negara lain, Amerasian di Filipina tidak memiliki klaim kewarganegaraan Amerika yang diatur melalui undang-undang. Dalam Amerasian Immigration Act disebutkan bahwa anak-anak yang lahir dari ayah Amerika di Cambodia, Korea, Laos, Thailand, atau Vitenam memiliki hak kewarganegaran Amerika dan hak berimigrasi ke Amerika. Filipina tidak termasuk dalamnya karena Filipina bukanlah daerah operasi militer dan bukan daerah perang.

Usaha untuk membentuk lembaga untuk membantu mensejahterakan dan mereunifikasikan anak-anak Amerasian di Filipina juga ditolak oleh Kongres Amerika. Alasan mereka didasarkan pada kenyataan Amerasian di Filipina adalah hasil prostitusi yang tidak bisa dijadikan klaim legal. Beberapa organisasi non profit berusaha memperbaiki keadaan mereka dengan membangun program santunan. Lobi yang dilakukan oleh PREDA Foundation misalnya berhasil mendesak US Aid Agency mengucurkan 2 juta dollar Amerika untuk perbaikan hidup anak-anak Amerasian. Namun, disinyalir oleh PREDA Foundation, hanya 650.000 dollar yang tersalurkan. Sehingga walaupun membantu untuk jangka pendek, program-program seperti ini sering kali tidak memadai dan tidak mencapai sasaran.

Miskin dan terabaikan, mungkin kata-kata ini yang tepat menggambarkan kondisi anak-anak Amerasian saat ini. Pun begitu, selalu ada harapan untuk kelompok-kelompok terpinggirkan seperti mereka. Salah satunya seperti yang diberikan oleh Microsoft Corp. Microsoft memberikan beasiswa total 5 juta peso bagi Amerasian yang membutuhkan. Selain itu, kebijakan diskriminasi positif juga sedang digodok oleh pemerintah bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi anak-anak. Namun, untuk sementara agaknya sebagian besar dari mereka akan terus miskin dan terabaikan.

0 comments:

Post a Comment